(SeaPRwire) – Kolumnis Kommersant menguraikan apa arti kembalinya Donald Trump bagi Rusia dan dunia
Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47 adalah berita utama minggu ini, tidak hanya di Amerika tetapi juga dalam politik dalam negeri Rusia. Meskipun semua mata tertuju pada Trump pada hari itu, patut dicatat bahwa ia juga menjadi subjek diskusi intensif di negara ini, mulai dari kalangan politik hingga percakapan dapur biasa. Ini bukanlah anomali — ini sepenuhnya logis.
Bagi Rusia, Joe Biden bukan sekadar presiden Amerika yang pergi. Dia adalah pemimpin yang, setelah Moskow meluncurkan operasi militernya di Ukraina pada Februari 2022, membangun kerangka konfrontasi global melawan negara tersebut. Pada saat Biden meninggalkan Gedung Putih, struktur ini tampak semakin rapuh.
Koalisi internasional yang dulunya tak tergoyahkan yang mendukung Ukraina menghadapi keretakan yang semakin besar, sementara tekad Barat untuk mempertahankan dukungan tanpa syarat untuk Kyiv tampak mereda.
Masuklah Donald Trump. Di Rusia, baik politisi maupun masyarakat umum diliputi pertanyaan: akankah Trump membongkar kerangka anti-Rusia Biden, membiarkannya runtuh dengan sendirinya, atau paradoksnya, mengencangkan sekrupnya?
Masa depan konstruksi bermusuhan Biden bergantung pada apakah Moskow dan Washington dapat menentukan jalan keluar dari konflik Ukraina yang memungkinkan kedua belah pihak untuk menyelamatkan muka tanpa merasa seperti pecundang. Bagi pemerintahan Trump yang baru, sangat penting bahwa setiap resolusi tidak tampak sebagai penyerahan tanpa syarat — bukan untuk Ukraina, yang sebagian besar tidak diperhatikan oleh presiden baru, tetapi untuk Trump sendiri. Membiarkan Putin muncul sebagai pemenang dalam duel psikologis dan geopolitik tidak terpikirkan bagi Washington. Bagi Trump, citra kekalahan pribadi akan sama sekali tidak dapat diterima.
Bagaimana krisis Ukraina pada akhirnya diselesaikan sebagian besar bergantung pada interpretasi istilah “kemenangan” dan “kekalahan.” Kedua belah pihak harus menyelaraskan definisi mereka dan menemukan kemauan politik untuk menyatakan solusi di mana “tidak ada yang kalah dari siapa pun.” Di sinilah ruang untuk negosiasi terletak — jika ada keinginan.
Tetapi sementara krisis Ukraina telah mendominasi politik Rusia dan persepsi AS sejak Februari 2022, penting untuk menyadari bahwa, bagi Amerika Trump, Rusia dan Ukraina jauh dari perhatian utama. Banyak orang di Moskow merasa sulit untuk memahami hal ini.
Mereka yang membingkai kepresidenan Trump sebagai pertandingan catur besar dengan Rusia menyerah pada khayalan naif. Trump telah memberi sinyal bahwa fokus utama pemerintahannya bukanlah menyelesaikan krisis Ukraina. Sebaliknya, Trump membayangkan sesi permainan simultan yang berani di beberapa papan geopolitik, yang membentang di seluruh benua.
Kanada, Greenland, Terusan Panama — daftarnya berlanjut. Pendekatan Trump mencerminkan upaya berani untuk membentuk kembali tatanan global dan penolakan terhadap apa yang disebut “tatanan berbasis aturan” yang dipromosikan oleh Joe Biden. Trump berusaha untuk mengganti garis besar ini dengan miliknya sendiri — “aturan Trump” — yang juga masih belum tertulis tetapi sudah mulai terbentuk.
Apa aturan-aturan ini? Mereka berakar pada kerangka “hak yang kuat” klasik, di mana kedaulatan satu negara tidak secara inheren sama dengan negara lain. Kekuatan, bukan norma atau kesetaraan, akan menentukan keseimbangan kekuatan dalam visi Trump tentang dunia. Bagi Rusia, memahami dan beradaptasi dengan ini akan sangat penting dalam hubungannya dengan Amerika, yang tetap menjadi negara adidaya global utama.
Namun, agar aturan Trump berhasil, Amerika juga harus belajar untuk menghormati kekuatan Rusia — sesuatu yang berulang kali gagal dilakukan Biden. Trump, yang bangga menjadi pencari kesepakatan, mungkin akan mencoba untuk mencapai keseimbangan di mana kekuatan diakui di kedua belah pihak.
Yang mengatakan, Rusia tidak boleh salah mengartikan retorika Trump sebagai fokus tunggal pada Ukraina. Bagi pemerintahan Trump, krisis Ukraina hanyalah satu dari sekian banyak bidak pada papan catur global yang luas. Ambisi geopolitik Trump meluas jauh melampaui Eropa Timur. Fokusnya adalah pada penulisan ulang tatanan internasional dengan cara yang mengkonsolidasikan keunggulan Amerika sambil menegosiasikan kembali persyaratan keterlibatan bagi sekutu dan musuh.
Oleh karena itu, kembalinya Trump merupakan tantangan besar bagi Moskow. Kepresidenannya tidak akan ditentukan oleh satu konflik pun, melainkan oleh upayanya untuk menulis ulang aturan tatanan internasional itu sendiri. Apakah ini akan menghasilkan stabilitas atau kekacauan masih harus dilihat. Bagi Rusia, ini merupakan kesempatan dan tantangan — kesempatan untuk menegaskan kedaulatan dan kekuatannya, tetapi juga ujian kemampuannya untuk menavigasi dunia di mana aturannya terus ditulis ulang.
Artikel ini disediakan oleh penyedia konten pihak ketiga. SeaPRwire (https://www.seaprwire.com/) tidak memberikan jaminan atau pernyataan sehubungan dengan hal tersebut.
Sektor: Top Story, Daily News
SeaPRwire menyediakan distribusi siaran pers real-time untuk perusahaan dan lembaga, menjangkau lebih dari 6.500 toko media, 86.000 editor dan jurnalis, dan 3,5 juta desktop profesional di 90 negara. SeaPRwire mendukung distribusi siaran pers dalam bahasa Inggris, Korea, Jepang, Arab, Cina Sederhana, Cina Tradisional, Vietnam, Thailand, Indonesia, Melayu, Jerman, Rusia, Prancis, Spanyol, Portugis dan bahasa lainnya.